Tuesday, December 29, 2009

Profesi Kreatif yang Menjanjikan

(Dimuat di : PCplus No. 348, 8-21 Desember 2009)



Hidupnya industri komputer berdampak pada jenis industri lainnya. Salah satunya adalah industri kreatif seperti desain multimedia, periklanan, illustrator, dan desain interior.


Di arena animasi digital misalnya, film kartun animasi “Finding Nemo” besutan Disney/Pixar berhasil membukukan pendapatan sekitar Rp 290 miliar, sementara “The Incredibles”, yang pembuatannya memakan biaya Rp 874 miliar, sukses meraup laba hingga Rp 1,37 triliun khusus di pasar AS saja setelah ditayangkan selama 10 hari.

Di kancah permainan, industri game di AS sukses mencetak pendapatan sekitar Rp 60 triliun sepanjang tahun 2005. Art director, dan art designer disebut-sebut merupakan tenaga yang sangat dibutuhkan dalam pembuatan game – peluang bagi Anda yang berminat bekerja sambil bermain.


Kreativitas Bisa Diciptakan
Berminat menjadi seorang profesional di bidang seni dan desain?
Anda tak perlu mengkhawatirkan soal kurang atau tidak adanya bakat sejak lahir atau talenta. Anda bisa mempelajari keahlian yang dibutuhkan di sekolah-sekolah formal di bidang seni dan desain. Intinya, kreativitas bisa diciptakan, tidak semata ada karena memang dikaruniai bakat terpendam.

Kini, sekolah-sekolah desain tak hanya memadukan program yang akan mengasah rasa seni mahasiswa. Mereka juga melatih intuisi bisnis supaya peserta didiknya bisa langsung aplikatif ketika terjun ke dunia kerja sebagai pegawai ataupun menciptakan usaha sendiri.


Desain Grafis & Ilustrasi
Sebagai contoh, sebuah sekolah desain di Malaysia memiliki silabus Desain Komunikasi dengan pilihan program Graphic Design & Illustration dan Multimedia Design.

Jurusan Desain Grafis dan Ilustrasi akan mengajak peserta studi berpikir kreatif dalam memanfaatkan program piranti lunak yang tersedia. Para lulusan berpeluang bekerja di berbagai bidang seperti studio desain, rumah iklan, konsultan merek dan identitas, media, corporate-In-house Design, serta percetakan.

Selain itu, lulusan sekolah tersebut juga bisa saja membuka studio sendiri dengan kemampuannya mendesain sampul buku, iklan, webpage, logo/identitas korporat, sampai menghasilkan merek dagang dan identitas suatu produk. Sedangkan sebagai pekerja profesional, ia dapat merintis karier sebagai direktur kreatif; illustrator, art director, design director, type designer, komikus, desainer ekshibisi hingga account executive.


Desain Multimedia
Sedangkan program Desain Multimedia siap membekali siswanya kemampuan multimedia interaktif atau keahlian untuk menggunakan teknologi komputer grafis atau proses media digital untuk menciptakan gambar, suara, dan media interaktif lainnya.

Dengan keahlian di bidang Animasi 2D dan 3D, serta video digital, mereka bisa menekuni profesi sebagai multimedia designer, web designer, video editor, motion graphic designer, art director, graphic designer, atau pengajar di ilmu terkait.

Sebagai jebolan program Desain Multimedia, Anda berpeluang bekerja di Studio Multimedia, Studio Animasi, perusahaan pembuat games dan piranti lunak, biro iklan, Production House (PH) atau agensi Web. (Dewi Retno)

Thursday, September 17, 2009

Bidang Kajian, Menelaah Lebih Dalam

Dimuat di : Koran Tempo, 3 Juni 2009

Program pascasarjana UI multidisiplin ilmu. Selama ini dikenal sebagai Program Kajian terdiri dari 11 program pilihan.


Saat ini Anda sudah meraih gelar Sarjana Strata-1 (S1), namun ingin menambah kemampuan akademik sekaligus memiliki integritas keilmuan yang tinggi di bidang multidisplin?

Program Pascasarjana Universitas Indonesia (UI) adalah program studi Strata-2 (S2) dan S3 yang melatih para peserta mengkaji setiap masalah dari berbagai sudut pandang.

Program studi multidisiplin saat ini terdiri dari 11 Program Magister meliputi Program Studi Pengkajian Ketahanan Nasional, Ilmu Lingkungan, Pengembangan Perkotaan, Kajian Kependudukan dan Ketenagakerjaan, dan Wilayah Amerika. Selain itu, terdapat Program Studi Kajian Wilayah Jepang, Kajian Wanita, Kajian Ilmu Kepolisian, Kajian Timur Tengah dan Islam, Kajian Wilayah Eropa dan Teknologi Biomedis.

“Program pascasarjana bertujuan melahirkan lulusan yang punya keahlian atau kemampuan akademik lebih dalam, dan lebih luas serta keilmuan lebih tinggi,” kata Suminto, S.Sos., B.Ak., M.Si, Manajer Program Pascasarjana UI di Jakarta, akhir pekan lalu.

Latar belakang S1 bebas, dan bila program tidak sesuai dengan latar belakang keilmuan S1 peserta akan mendapat matrikulasi atau pra-program selama 1 semester, sebelum lulus Tes Potensi Akademik (TPA).

Menurut Suminto, jika 9 tahun sebelumnya peminat kebanyakan dosen. ”Belakangan ini tidak hanya kalangan akademisi, praktisi juga banyak yang tertarik (belajar),” katanya.

Sebagai contoh, wartawan Kompas Maria Hartiningsih peraih penghargaan penegakan hak asasi manusia di Indonesia Yap Thiam Hien pada 2003, merupakan alumnus Program Kajian Wanita.

Selain perkuliahan reguler, peserta juga mengerjakan riset, studi mandiri, tugas-tugas, atau praktikum seperti di program Teknologi Biomedis. Lama studi pascasarjana selama 4 semester (2 tahun), maksimal 6 semester dan jika belum selesai berarti DO, tegas Suminto.

Bisa dikatakan UI sebagai pelopor Program Kajian. Contohnya, Kajian Ilmu Kepolisian serta Kajian Wanita hanya ada di kampus kuning ini. Atau Kajian Timur Tengah dan Islam dengan peminatan (dulu disebut ”kekhususan’) Ekonomi Syariah baru ada di 2 universitas di Indonesia. Padahal, SDM yang paham Ekonomi Syariah sekarang ini sangat dibutuhkan seiring pertumbuhan bisnis berbasis syariah.

Sejalan dengan peran akademisi di masyarakat, semua tesis atau tugas akhir sarjana magister itu dapat diakses publik di Perpustakaan UI di Depok, Perpustakaan Nasional, dan LIPI. Selain itu, Program Pascasarjana UI memiliki 5 Pusat Penelitian terbuka untuk umum. Yaitu, Pusat Penelitian SDM dan Lingkungan, Pranata Pembangunan, Pusat Penelitian Stratejik dan Pertahanan, Pusat Studi dan Pengembangan Teknologi Biomedis, dan Pusat Riset Ilmu Kepolisian.

Jika tertarik, silahkan mendaftar dan mengikuti Tes Potensi Akademik (TPA). Syarat lain harus lulus tes Bahasa Inggris dengan skor TOEFL minimal 400. Baik TPA maupun Tes Bahasa Inggris dilakukan oleh UI.

Biaya per semester antara Rp7,5-10 juta. Dengan sistem pembukaan mahasiswa baru 2 kali setahun, semester ganjil dan genap, dan terselenggara dalam Ujian Masuk Bersama, semakin memudahkan masyarakat memperkaya ilmu dan menambah wawasan. (DEWI RETNO)

Friday, August 7, 2009

Tulisan Dimulai dari Ide

(Eno, 10-3-2008)

Pernahkah kamu ‘mati ide’ dalam membuat tulisan? Saya sih pernah, bahkan sering. Makanya pekerjaan kantor berulangkali saya selesaikan menjelang tenggat (deadline). Atau ketika blog saya lama terbengkalai, tidak ada postingan baru gara-gara tidak punya ide.

Padahal, sebenarnya ’ide’ bisa diperoleh dari mana saja dan kapan saja. Ketika tengah menikmati siraman air di saat mandi, membaca buku, menonton televisi, mendengar berita di TV atau radio, bahkan saat terjebak dalam kemacetan.

Masalahnya, bagaimana agar ide tersebut tidak hilang begitu saja. Dan, akhirnya lupa akibat kesibukan pekerjaan, atau akhirnya topik itu tidak menarik lagi untuk diulas.

Oleh karenanya, supaya tidak lupa, segera catat ide yang terlintas di dalam benak kita, ke dalam block note. Selain notes atau block note, kita bisa simpan ide ke dalam menu pesan pendek/sms di handphone, communicator, dan folder khusus di dalam laptop.

Sebaiknya, memampatkan ide tsbt ke dalam sebuah judul. Mengapa ”Judul”? Karena judul itu menyederhanakan gagasan ke dalam bentuk yang singkat. Ide berupa judul paling tidak sudah menggambarkan pikiran kreatif kita.

Bisa pula saat itu kamu sudah menemukan judul dan beberapa data pendukung yang ingin kamu masukkan ke dalam tulisan.

Jangan lupa untuk mengolah ide menjadi satu tulisan utuh. Ketika kita bakal mengolah satu judul menjadi tulisan, jabarkan Judul itu ke dalam Outline (kerangka tulisan).

Outline atau kerangka tulisan membantu kita dalam menentukan bentuk/isi tulisan. Kerangka tulisan ini bisa berupa tulisan per paragraf/alinea.

Supaya ide tidak menguap karena ’basi’ atau kelamaan dan terlupakan, deadline menjadi cara terbaik untuk merealisasikan ide. Yah, kalau untuk advertorial atau pemuatan artikel yang memang tugas kantor saya sehari-hari, maka tulisan itu memiliki tenggat tayang yang sudah menjadi harga mati.

Nah, bagaimana kalau kita perlakukan pula tulisan di blog dengan tenggat publikasi atau deadline pula?!


(Gambar : Koran Tempo, Info Belanja 27-4-2007, dedicted to Adidas)

Kiat Menulis : Jangan Terlalu Tenggelam dalam Data

(Dimuat di Netsains.com, 30-8-2007)

Menulis membutuhkan data. Namun ada problem lain muncul saat kita menyimpan data tertentu terlalu lama. Apakah itu?

Salah satu unsur dalam tulisan adalah data. Meskipun kita menulis fiksi, tetap saja ada hal-hal yang tidak bisa ngibul dan musti fakta. Misalkan saja jika membuat cerita berlatar belakang sejarah.

Akan tetapi, kesibukan mencari data penunjang, bisa saja membuat kita justru lupa untuk mulai menulis ide kita.

Belum lama ini saya membaca buku "Berani Berekspresi" karya Susan Shaughnessy, yang diterbitkan oleh Penerbit MLC (2004). Buku berisi berbagai renungan penulis yang selesai dalam satu halaman, sehingga setiap halaman berisi kutipan berbeda, yang diperkirakan dapat memotivasi niat menulis dari pembacanya.

Satu hal yang mengena ada pada halaman 107. Kata-katanya saya kutip lebih kurang seperti ini : … Riset adalah sebuah godaan. Hanya sedikit yang bisa ditulis tanpa riset; akan tetapi, riset bisa menghambat tulisan. Ia bisa menyerap habis waktu menulis hari ini. .. Kita harus menerapkan batas, dan mulai menulis dengan data yang ada.

"Aku akan mengakui bahwa waktu untuk menulis sudah tiba. Aku akan menerima keterbatasan risetku, dan menulis apa yang kubisa dengan bahan-bahan yang sudah kumiliki."

Pada intinya, Ibu Susan menyentil saya bahwa, "Jangan tenggelam dalam pengumpulan data".

Kadang kita merasa data yang kita kumpulkan belum cukup, dan menjadi merasa bersalah karena "tidak cukup tahu". Kadang kita sudah memiliki ide dalam membuat tulisan. Namun, sering pula kita beralasan artikel yang rencananya kita buat masih memerlukan informasi lagi. Masih perlu browsing internet, bongkar-bongkar buku yang di simpan entah dimana (alias lupa taruh) atau alasan lainnya.

Namun 1 hari hanya terdiri dari 24 jam yang terbagi lagi ke dalam waktu untuk bekerja, urusan keluarga, sosialisasi, makan, dan tidur. Jam yang kita luangkan untuk menulis dalam sehari, terbatas.

Gara-gara kita merasa data yang sudah dikumpulkan belum memadai, kita biarkan data tersebut menjadi kumpulan coretan di dalam notes. Tidak diolah. Dan, notes kemudian menjadi tumpukan pemenuh laci meja. Pada akhirnya, kita lupa. Kalaupun ingat, kita sudah malas untuk menulis ide yang dahulu terbersit di dalam kepala.

Kerangka
Dalam berbagai buku-buku komunikasi tentang panduan menulis, kita sering diingatkan untuk membuat kerangka tulisan (outline), yaitu garis-garis besar untuk membuat struktur tulisan. Kerangka tulisan memberi gambaran tulisan kita agar fokus, singkat, jelas dan padat. Berdasarkan outline yang kita buat tersebut, akan menuntun kita membuat satu bentuk tulisan.

Baik, silahkan buat outline terlebih dahulu berdasarkan data yang ada. Setelah itu? Ibarat puzzle, cari data yang kurang untuk melengkapi tulisan. Jangan lupa tentukan deadline. Yaitu, tenggat waktu tulisan tersebut harus selesai. Dengan demikian, kita telah mampu merencanakan, melaksanakan dan menyelesaikan suatu proyek tulisan.

Jika dalam pencarian data yang kurang, kita menemukan hal-hal lain yang sepertinya belum sesuai fokus outline kita, silahkan simpan juga. Siapa tahu data tersebut dapat dikembangkan di kemudian hari. Dalam bentuk tulisan dengan angle berbeda, atau dengan informasi lebih baru.

Pertanyaan Esensial Dalam Menulis Iklan

(Eno, 24 Agustus 2008)

Perhatikan gambar berikut ini. Mata (eye = jika diucapkan, lafal terdengar hampir sama dengan pengucapan ”I” dalam Bahasa Inggris), Lebah (bee = dalam pengucapannya terdengar hampir sama dengan ”B” dalam Bahasa Inggris), dan garis horisontal tersusun teratur membentuk huruf ”M” yang khas untuk logo IBM.



Yap! Logo tersebut memang untuk IBM. Saya suka ide permainan kata/sanjak; atau permainan ucapan (akibat penulisan kata dan lafal yang berbeda seperti dalam Bahasa Inggris). Karena terdengar lebih ’unik’, terkesan lebih komunikatif, santai, namun bisa pula berpikir sejenak lalu tersenyum.

Contohnya seperti dalam logo tersebut. Bukan logo kaku seolah merepresentasikan dunia korporasi yang birokratis, formil dengan mengatas namakan ’profesionalisme’.

Nah, baru tahu setelah baca buku ”Citizen Brand” yang ditulis oleh Marc GobĂ© bahwa logo tersebut hasil kreatifitas Paul Rand. Rand, pencipta ilustrasi logo ABC, Westinghouse, UPS, dan IBM, sekaligus dosen Yale University serta desainer grafis paling berpengaruh di abad ke-20.

(Karya-karya Rand lainnya bisa dilihat dengan mengetikkan namanya sebagai kata kunci di Google -memang ini masih tetep situs pencarian favorit dan termudah dalam ingatan saya- bakal antara lain menghasilkan alamat www.logoblog.org).

Rand, mengutip dari buku Citizen Brand, mengatakan bahwa efektivitas logo berdasarkan 6 faktor penting, meliputi :
1. keunikan
2. visibilitas
3. kemampuan adaptasi
4. keterkenangan
5. universalitas
6. keabadian

Selain itu, menjawab tiga pertanyaan esensial :
1. siapa audiensinya?
2. bagaimana merek ini dipasarkan?
3. apa medianya?

Saya berpendapat, pertanyaan esensial itu pun cocok ketika kita membuat tulisan iklan (advertorial) di suatu media massa. Yang jika dijabarkan yaitu :
1. Fokus tulisan atau apa isu yang mau diangkat oleh pemasang iklan. Misalkan apakah topik yang mau diangkat itu menyangkut keunggulan produk, kegiatan kampanye perusahaan baik berkaitan bisnis maupun fungsi sosial (CSR), kemajuan yang dicapai berkaitan dengan ulang tahun korporasi dll.
2. Penggunaan kaidah tulisan non fiksi berupa data 5W + 1H
3. Siapa target pembaca (mengikuti segmen pembaca media pemasangan advertorial)

Berpegang dalam pertanyaan esensial untuk advertorial ini, dalam prakteknya penulis juga –mau tidak mau- harus memahami klien. Kita akan mengalami perbedaan gaya dengan konsep menulis berita yang independen. Wartawan perlu menyesuaikan dengan visi & misi media, gaya penulisan media, maupun segmen pembacanya.

Sementara karakter klien (pemasang iklan) bermacam-macam. Ada yang bertipe easy. Mereka tinggal membrief apa saja yang mereka mau dimuat (poin 1) dan selebihnya (di poin 2 dan 3) terserah pada penulis. Lalu setelah penulisan jadi, koreksi dan membaca ulang yang mereka lakukan, lebih kepada persoalan kebenaran atau kevalidan data dalam penulisan.

Ada pula yang bergaya toko serba ada. Istilah kerennya ’multiangle’. Alias semua musti masuk untuk dituliskan dalam 1 space yang mereka bayar. Misalkan komentar dari beberapa petinggi harus masuk semua. Atau meskipun tulisan menyangkut keunggulan A, si klien juga senang jika keunggulan lainnya B,C,...Z juga disinggung.

Sehingga, intinya penulis iklan harus mampu menerjemahkan kemauan klien.

(Gambar dikutip dari : www.logoblog.org)

Monday, August 3, 2009

Dua Gelar Hingga Jenjang Master

Program internasional Universitas Gunadarma dalam 4 tahun untuk meraih sarjana strata-1 sekaligus pascasarjana. Relatif singkat dan bekal bersaing di zaman global.


Ketik kata kunci “globalisasi” di Google. Bakal keluar sekitar 1,8 juta hasil yang berkaitan dengan kata tersebut.

Globalisasi memang hal yang dihadapi saat ini di berbagai bidang, termasuk di bidang pendidikan. Tantangan bukan lagi bersaing di dalam negeri, melainkan menjadi perguruan tinggi Indonesia yang terakui di dunia internasional.

Salah satu upaya mensejajarkan diri dengan universitas di luar negeri adalah bekerjasama dengan kampus asing dan membuka kelas internasional. Kelas ini memberikan kesempatan kepada mahasiswanya agar lulus dan bersertifikat dual degree.

Singkatnya dual degree adalah program yang memungkinkan mahasiswa mendapatkan dua gelar. Pada program ini sebuah kampus bekerja sama dengan kampus lainnya, kebanyakan bermitra dengan kampus luar negeri, yang reputasinya sudah bagus.

Ada dua jenis model kerjasama dalam dual degree. Yaitu advance standing, sebagian masa pendidikan dihabiskan di kampus lokal dan sebagian lagi di kampus asing. Misalnya, berpola 2+2, artinya, dua tahun pendidikan di Indonesia, lalu dua tahun berikutnya di kampus asing. Nantinya, lulusan memperoleh gelar dari dua kampus sekaligus.

Model kerjasama kedua, yaitu twinning program, artinya kampus lokal mendapat lisensi pendidikan kampus asing untuk dikelola di Indonesia.

Adapula yang mengemas program internasional untuk jenjang strata-1 atau bachelor hingga strata-2 atau master sekaligus. Ini seperti yang dilakukan oleh Universitas Gunadarma dengan menggandeng Universite de Bourgogne (UB) Perancis.

Program relatif singkat, yaitu 4 tahun dalam perkuliahan sebanyak 12 trimester. Terdiri dari 9 trimester untuk strata bachelor yang berlangsung di Gunadarma. Setelah itu melanjutkan program master selama 3 trimester di UB.

Peserta bisa memilih 2 program pendidikan. Pertama, program bachelor untuk Information Technology atau Information System yang diteruskan ke jenjang master untuk Management Information System (MIS).

Pilihan kedua, yaitu program bachelor bidang Electrical Engineering yang lanjut ke jenjang master bidang Electrical Engineering juga.

Nilai kompetitif tentu saja pada singkatnya masa perkuliahan sekaligus memperoleh pendidikan internasional sebagai bekal bersaing di zaman global.

Kepala Biro Administrasi dan Sistem Informasi Universitas Gunadarma, Budi Hermana, menambahkan program internasional tersedia pula untuk jurusan Akuntansi, Teknologi Informasi (TI), teknik sipil dan Elektro. ”Program studi kami desain sebagai kelas internasional. Berbentuk dual degree, bekerjasama bersama universitas luar negeri, bahasa Inggris sebagai pengantar studi, dan profesor tamu dari luar negeri.”

”Ini cuma kelas kecil, paling banyak hanya 15 mahasiswa (dalam satu angkatan),” imbuh Budi.

Menurut Budi, kelas internasional ini sebagai bagian dari mengejar visi kampus berperiode 2007-2011.

Universitas Gunadarma, salah satu perguruan tinggi swasta yang mengutamakan Teknologi Informasi (TI) di dalam kurikulum studi dan lingkungan kampus, memiliki visi menjadi universitas berbasis teknologi informasi terkemuka di Indonesia dan diakui di lingkungan global.

Dalam mengejar visi yang dijalankan selama 5 tahun, menurut Budi Hermana, ada berbagai parameter pencapaian yang menyangkut keterlibatan universitas di dunia internasional.

Yaitu, adanya publikasi internasional keluaran perguruan tinggi, ada profesor tamu dari luar negeri datang mengajar, riset bersama, menggelar acara seminar berskala internasional, kerjasama dengan institusi internasional, dan kehadiran mahasiswa asing menimba ilmu di Gunadarma.

(Majalah Tempo, 3-9 Agustus 2009)

Semangat Hijau Chevy di Nusakambangan


Majalah Tempo, edisi 27 Juli-2 Agustus 2009

GM Indonesia - GM Go Green

Semangat Hijau Chevy di Nusakambangan

Chevrolet menanam 1.000 pohon di Nusakambangan. Bukti implementasi semangat The New GM – Customers, Cars, dan Culture.



Sabtu siang 18 Juli, jam di pergelangan tangan menunjukkan pukul 11.30 siang. Mentari terik menyengat tak menghapus wajah ceria puluhan orang yang berada di areal terbuka Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Narkotika Nusakambangan.

Dalam busana kaus-T dan topi, beberapa peserta didampingi istri dan anak, tampak sibuk mencangkul, menanam bibit pohon ke dalam tanah galian, lalu menguruk kembali tanah, dan menyiramkan air keatasnya.

Hari itu komunitas klub Chevrolet yang tergabung dalam Blazer Indonesia Club (BIC), Aveo Club Indonesia (ACI), Komunitas Trooper Indonesia (KTI) dan Chevrolet Captiva Club (CCC), menanam pohon di areal terbuka Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas IIA Narkotika Nusakambangan.

Tak ada gurat lelah di wajah. Padahal anggota klub serempak berkendara dengan mobil Chevrolet-nya masing-masing dari Jakarta menuju Cilacap-Nusakambangan melalui jalur selatan pulau Jawa, menempuh jarak sekitar 350 kilometer dalam waktu 10 jam.

Mereka semangat terlibat dalam aksi penghijauan dengan menanam 1.000 pohon produktif seperti mangga, durian, kelengkeng, dan rambutan. Jenis tanaman produktif ini memberi manfaat memberi hasil tanpa harus mengambil kayu, sehingga vegetasi tanaman terjaga.

Kegiatan bertajuk ”Chevy Go Green-Program Bhakti Sosial 1000 Pohon” diselenggarakan oleh GM Autoworld Indonesia (GMAI) selaku ATPM mobil merek Chevrolet di Indonesia, sebagai bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dan mendukung program penghijauan Pemerintah.

Pulau Nusakambangan berada di lepas pantai Laut Jawa. Termasuk dalam wilayah Tingkat II Cilacap, Provinsi Jawa Tengah, khusus diperuntukkan bagi narapidana kelas kakap. Namun ternyata pohon yang ada di pulau seluas lebih kurang 11.500 hektare ini menggiurkan untuk dijarah.

Seperti diungkapkan oleh Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Cilacap, Sudjiman, pada 2001 terjadi illegal logging seluas lebih kurang 1.000 hektare di Nusakambangan.

Selain itu terjadi perambahan pemukiman. Solusinya, ”Kami merumahkan 1.000 kepala keluarga. Kini pemerintah memasukkan Nusakambangan sebagai cagar alam dan hutan lindung,” kata Sudjiman.

Pada kesempatan sama, Kepala Lapas Narkotika Nusakambangan, Marwan Adli, mengatakan kegiatan ini semoga memberi motivasi bagi perusahaan lain untuk melakukan penghijauan.

”Semoga kedatangan kemari mengubah pandangan Anda bahwa Nusakambangan tidak seseram pemikiran di benak selama ini,” ujar Marwan.

Chevrolet memang secara terus-menerus mengimplementasikan semangat hijau-nya, sekaligus menjaga kelestarian dan warisan alam Indonesia. ”Dalam acara ini kami ingin mengimplementasikan semangat The New GM, yaitu fokus terhadap pelayanan kepada pelanggan (Customers), keunggulan produk (Cars), dan Culture (Tradisi-Budaya),” kata Debora Amelia Santoso, Marketing dan Public Relations Director GMAI.

Jarak Jakarta-Cilacap membuktikan kekuatan otomotif asal Amerika Serikat itu. Sementara fokus kepada tradisi dan budaya tercermin dalam pemilihan lokasi aksi penghijauan, dimana Cilacap berada di antara Majenang dan Purwokerto yang memiliki populasi Chevrolet Luv, Blazer dan Trooper yang cukup besar."Keberadaan Chevrolet di Majenang, Purwokerto dan Cilacap sudah sangat melekat di hati dan keseharian masyarakat setempat sejak dulu. Tradisi ini patut diapresiasi," tambah Amelia.

Acara yang juga sekaligus digelar untuk memperingati hari jadi peluncuran Chevrolet Captiva di Indonesia yang jatuh pada 7 Juli 2009. Di penghujung acara anggota Klub Chevrolet, staf GM Indonesia dan media makan siang bersama dengan para warga binaan pemasyarakatan LP Narkoba. Penampilan tiga penyanyi dangdut Trio Macan melengkapi semaraknya aksi GM Go Green. (INFORIAL)

Thursday, July 30, 2009

Advertorial Pemkot Bontang - Membangun Kota Bersahabat dengan Alam



Publish : Koran Tempo, Jumat 31 Juli 2009
Suplemen Corporate Social Responsibility (CSR)
Client : Pemerintah Daerah Tingkat II, Bontang

Tuesday, June 30, 2009

Jalur Internasional Sarjana Teknik

Koran Tempo, Rabu 1 Juli 2009

Link : http://epaper.korantempo.com/KT/KT/2009/07/01/index.shtml

Fakultas Teknik UI membuka program dual degree dengan kampus Australia.


Kelas internasional dalam bentuk dual degree, memungkinkan mahasiswa memperoleh dua gelar sekaligus. Gelar sarjana diperoleh, sekaligus kemampuan akademisi diakui di mancanegara.

Universitas Indonesia (UI) memiliki program Pendidikan Sarjana S1 Kelas Internasional di bidang Fakultas Teknik.

Kelas internasional yang dibuka pada 1999, tersedia enam jurusan: Teknik Sipil, Elektro, Mesin, Metalurgi dan Material, Arsitektur dan Teknik Kimia.

Dalam perkuliahan yang berlangsung di kampus Depok ini, UI menggandeng Queensland University of Technology Australia (QUT) untuk teknik mesin, teknik sipil, teknik elektro dan teknik arsitektur. Sedangkan program teknik Metalurgi dan Material, serta teknik kimia bekerjasama dengan Monash University Australia.

Pendidikan ditempuh selama empat tahun. Berpola 2+2, artinya selama 2 tahun pertama mahasiswa kuliah di UI, dan dua tahun berikutnya di universitas mitra.

Alumnus nantinya mengantungi dua gelar, yaitu Sarjana Teknik (ST) dan B.Eng. Tak hanya itu, selama kuliah mahasiswa punya kesempatan membangun jaringan (network) di dua tempat kuliah.

Kita sadari sistem belajar SMU sangat berbeda dengan universitas. Di perguruan tinggi mahasiswa dituntut untuk mandiri dalam mengatur sistem belajar sekaligus aktif dalam interaksi sosial.

Sehingga dua tahun perkuliahan di Indonesia memberi kesempatan mahasiswa beradaptasi dengan atmosfir perkuliahan, sekaligus meminimalkan gegar budaya (culture shock) yang bakal dialami jika anak itu langsung ke luar negeri.

Dari sisi biaya, sudah tentu lebih hemat. Seperti dikemukakan oleh Manajer Pendidikan dan Riset FT UI, Dr. Ir. Bondan T. Sofyan, M.Si, biaya kuliah di kelas internasional FT UI bisa lebih murah 50 persen ketimbang langsung sekolah selama 4 tahun di Australia.

FT UI dalam rencana ke depan bakal menambah mitra kerjasama kelas internasional. Saat ini sedang menjajaki kemitraan dengan universitas di Australia dan Malaysia.

Ide kelas internasional sebenarnya bukan hanya mengirim mahasiswa Indonesia ke luar negeri. ”Mahasiswa asing juga bisa masuk ke Indonesia sehingga program internasional benar-benar terjadi,” katanya beberapa waktu lalu.

Bondan mengatakan Indonesia potensial sebagai destinasi pendidikan mahasiswa internasional, antara lain dari Timur Tengah.

Sayangnya pengurusan izin tinggal (visa) dan Kartu Izin Menetap Sementara (KITAS) mahasiswa asing untuk belajar di Indonesia masih rumit. Bondan berharap hal ini dapat didiskusikan bersama Departemen Luar Negeri dan Departemen Hukum dan HAM tentang potensi mahasiswa asing belajar di Indonesia.

Jadwal pendaftaran dan tes masuk kelas internasional FT UI berbeda dari program reguler. Saat ini sedang dibuka pendaftaran gelombang ke-II antara 1 Juni – 24 Juli 2009.

Ujian pada 2 Agustus mendatang, peminat diharuskan mengikuti Tes Potensi Akademik dan Tes English Proficiency Test (EPT). ”Kalau memiliki nilai TOEFL internasional tidak perlu ikut tes EPT lagi,”ujar Bondan. (DEWI RETNO)

Tuesday, June 23, 2009

Ahli Kelola Dokumen dan Informasi


Koran Tempo, Rabu 24-6-2009

Link : http://epaper.korantempo.com/KT/KT/2009/06/24/index.shtml
Program Diploma-III Manajemen Informasi dan Dokumen Universitas Indonesia (UI) bukan menghasilkan pembuat program komputer.


Sepintas ruang di lantai dua Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI seperti perpustakaan umumnya. Beberapa baris rak dengan buku-buku tertata rapi, kotak coklat bertuliskan “Arsip” terletak di rak bagian atas, meja dan kursi tempat membaca, dan laci katalog.

Yang terlihat unik adalah sebuah rak dengan tempelan kertas putih bertuliskan ”Buku Praktek”. Rak bersusun lima baris itu penuh terisi 3 judul buku saja, yaitu Buku Pedoman Kerja Perpustakaan Dewey Decimal Classification, Daftar Tajuk Subjek Universitas Indonesia, dan Anglo-American Cataloguing Rules.

Ketiga buku di atas adalah pedoman kerja membuat katalog bagi pustakawan. Memang, ruangan ini bukan perpustakaan biasa, melainkan fasilitas Laboratorium Perpustakaan dan Kearsipan tempat mahasiswa program Diploma-III Manajemen Informasi dan Dokumen (MID) UI mempraktekkan ilmunya.

Laboratorium ini melengkapi fasilitas lain berupa Laboratorium Komputer dan Laboratorium Perkantoran.

Program MID menyiapkan tenaga profesional di bidang manajemen informasi dan dokumen, yang mampu mengelola informasi dan dokumen lintas unit informasi antara lain berupa perpustakaan, kearsipan, atau pusat rekod.

Para lulusan diharapkan bisa mengisi kebutuhan akan ahli madya yang memiliki keterampilan mengelola informasi maupun dokumen.

Koordinator Program Diploma-III Manajemen Informasi dan Dokumen, Y. Sumaryanto, Dip.Lib. mengatakan, ”Seringkali orang rancu mengartikan program Manajemen Informasi dan Dokumen seperti kuliah informatika. Lulusan nantinya bukan menjadi programmer atau membuat aplikasi komputer.”

Akan tetapi, sambung Sumaryanto, memang tenaga Manajemen Informasi dan Dokumen memanfaatkan teknologi informasi (TI) untuk pengelolaan atau penemuan kembali suatu informasi atau dokumen. ”Tetapi lulusan bukan bertujuan menciptakan produk TI,” tegas dia.

Program ini sebagai hasil penggabungan dua jurusan Diploma-III, Kearsipan dan Perpustakaan serta Informasi. Peleburan dua jurusan pada 9 tahun lalu itu bertujuan menghasilkan lulusan berdaya saing sekaligus lebih aplikatif. Selain mampu mengelola arsip atau kumpulan dokumen yang dihasilkan oleh suatu organisasi, jebolannya diharapkan ahli mengelola perpustakaan.

Sebagaimana syarat lulus program Diploma harus magang dan membuat laporan praktek kerja, mahasiswa MID selama 2 bulan juga ditugaskan di tempat yang memungkinkan mereka mempraktekkan kemampuan manajemen rekod dan perpustakaan.

Peluang bekerja terbuka lebar di perpustakaan, pusat rekod, dan hampir semua kantor memerlukan tenaga Manajemen Informasi dan Dokumen untuk mengelola arsip perusahaan. Menariknya, ”Hampir semua lulusan terserap di lapangan, malah ada yang menolak karena ingin lanjut ke S1,” kata Sumaryanto.

Bidang studi ini terbuka bagi semua umur asalkan berlatar belakang jurusan Sekolah Menengah Atas. Jumlah pengajar atau dosen ada 28 orang, sebagian lulusan magister dari Inggris. Apalagi, seperti dikatakan Sumaryanto, Program MID yang pertama di Indonesia dan satu-satunya yang menggabungkan jurusan Perpustakaan dan Informasi sekaligus Kearsipan. (DEWI RETNO)

Tuesday, June 16, 2009

Belajar Sepanjang Usia



Koran Tempo, Rabu 17-6-2009


Program Perolehan Kredit Akademik sebagai bagian dari lifelong education dan pengayaan ilmu pengetahuan.



Belajar bisa dilakukan sepanjang usia. Mengecap ilmu perguruan tinggi pun tak harus terlebih dahulu lulus ujian masuk universitas tersebut. Salah satu buktinya, jika mengikuti Program Perolehan Kredit Akademik dari Universitas Indonesia (UI).

Program academic credit earning ini terbuka bagi masyarakat umum, dari siswa sekolah menengah atas (SMU) dengan program pra-universitas (pre-university), dan sarjana Strata-1 (S1) untuk menyerap ilmu di jenjang magister.

“Program Perolehan Kredit Akademik membuka kesempatan bagi masyarakat umum untuk mengikuti pendidikan selama hayat atau lifelong education,” kata Direktur Pendidikan UI, Prof. Dr. Multamia Lauder Mse, DEA, dalam surat elektronik diterima Tim Info Tempo, Selasa (16/6).

Multamia yang akrab dipanggil Mia menyebutkan program ini juga berfungsi sebagai pendukung kegiatan diseminasi dan pengayaan ilmu pengetahuan. Pada dasarnya program menawarkan kelebihan kapasitas yang ada. Oleh karena itu, sambung Mia, mata kuliah yang ditawarkan untuk program ini dapat berubah dari satu semester ke semester lainnya, tergantung pada kapasitas mata kuliah yang ditawarkan setiap program studi.

Ia mencontohkan untuk jenjang sarjana tersedia mata kuliah Pengantar Ekonomi, Pengantar Akuntansi, Matematika Dasar, serta Psikologi dan Budaya Indonesia.

Adapula mata kuliah untuk jenjang magister antara lain Tata Kelola Perusahaan, dan Strategi Pemasaran Bersaing. "Harapan ke depan jumlah mata kuliah yang ditawarkan bakal semakin bertambah", ujar Mia.

Secara umum, syarat peserta minimal kelas 11 bagi yang tertarik mengikuti program pra-universitas, untuk mata kuliah S1 atau Vokasi. Sedangkan peserta jenjang magister minimal bergelar sarjana. Selain itu, beberapa mata kuliah memerlukan mata kuliah prasyarat.

Jika tertarik untuk mengetahui lebih lanjut, bisa membuka situs beralamat http://penerimaan.ui.ac.id/credit-earning tentang Program Perolehan Kredit Akademik, termasuk mata kuliah yang ditawarkan, jumlah Satuan Kredit Semester (SKS), biaya dan persyaratan peserta. Program Perolehan Kredit Akademik tersedia di setiap semester, termasuk di semester pendek.

Menurut Mia, program ini menjadi salah satu tuntutan sistem pendidikan nasional seiring globalisasi. Di era ini, pendidikan harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.

Oleh karenanya, selain Program Perolehan Kredit Akademik, UI juga ditunjuk sebagai sekretariat untuk Asean Credit Transfer System (ACTS). Melalui program ini, 21 universitas anggota Asean University Network akan menawarkan mata kuliah yang dapat diikuti oleh mahasiswa dari universitas anggota lainnya. Program ini bertujuan meningkatkan mobilitas mahasiswa di negara-negara Asean sehingga dapat meningkatkan hubungan antarmahasiswa di kawasan tersebut. (DEWI RETNO)

Tuesday, May 26, 2009

Jalur Cepat Kerja

Koran Tempo setiap Rabu selama 6 minggu (27 Mei - 1 Juli 2009)menerbitkan rubrik Info Pendidikan, mendukung display/informasi dari Universitas Indonesia.

Terbit : Koran Tempo, Rabu 27 Mei 2009

Link : http://epaper.korantempo.com/KT/KT/2009/05/27/index.shtml

Tulisan Utama :

Jalur Cepat Kerja

Orang perlu menghapus stigma mengejar gelar dan gengsi masuk perguruan tinggi. Pikirkan dulu: ingin menjadi ahli madya atau peneliti?

Jika ingin segera terjun ke dunia kerja dan membekali diri dengan keahlian, silahkan memilih program Vokasi.

Program vokasi yaitu program edukasi pada jenjang pendidikan tinggi yang bertujuan untuk mempersiapkan tenaga ahli madya siap bekerja. Karena program yang setara dengan Diploma-III (D-III) ini lebih mengutamakan beban mata kuliah keterampilan (60 persen) dibandingkan dengan beban mata kuliah teori yang sebesar 40 persen.

Sehingga diharapkan lulusan mampu menguasai kemampuan dalam bidang kerja tertentu sehingga langsung diserap sebagai tenaga kerja di industri/swasta, lembaga pemerintah, atau wirausaha secara mandiri.

Salah satu perguruan tinggi yang menyediakan program Program Pendidikan Vokasi (D-III) yaitu Universitas Indonesia (UI). ”Selama tiga tahun siswa melakukan banyak praktek dan sebagai tugas akhir harus magang di suatu perusahaan atau praktek lapangan,” kata Dr. Muhammad Hikam, MSc., Ketua Program Vokasi UI di Depok (25/5).

Bahkan dari beberapa pengalaman, sambung Hikam, alumni memperoleh pekerjaan di kantor tempat dia magang sebelumnya.

Hikam menegaskan jangan beranggapan lulusan D-III tidak bakal bisa berkembang dalam karir di kantor. ”Mental orang Indonesia yang masih mementingkan gelar. Padahal, asalkan menekuni pekerjaan dengan baik, masa depannya juga cemerlang. Selain itu, lulusan D-III bisa kembali sekolah melalui program Ekstensi untuk mendapatkan ijazah S1,” kata Hikam.


Program Vokasi UI meliputi 15 pilihan studi terbagi dalam kelompok kedokteran yaitu Fisioterapi dan Okupasi Terapi untuk menghasilkan tenaga di tim rehabilitasi medik yang berorientasi kepada etika profesi. Program lain meliputi Perumahsakitan, Akuntansi Keuangan, Akuntansi Teknologi Sistem Informasi, Akuntansi Sektor Publik, Manajemen Informasi dan Dokumen, Administrasi (Perpajakan, Asuransi dan Aktuaria, Perkantoran dan Sekretari, dan Keuangan dan Perbankan), Komunikasi (Penyiaran, Hubungan Masyarakat, Periklanan) dan Pariwisata.

Program Vokasi UI bakal terus menambah bidang studi sesuai kebutuhan pasar, seperti berencana membuka program D-III Herbal, Paralegal, Animasi/Multimedia dan Non Destructive Testing (NDT).

”Dosen pengajar kebanyakan praktisi lapangan,” ujar Hikam. Program ini terbuka bagi siapa saja. Asalkan lulusan lulusan SMTA (SMU, SMK, Madrasah Aliyah), dan tidak ada batasan usia. Tak tertutup pula bagi profesional yang bertitel S1 mengambil program Vokasi dengan tujuan mengasah ketrampilan.

Adapun biaya studi berkisar antar Rp 5-6,5 juta per semester termasuk biaya magang.

Saat ini kampus mampu menampung 11 ribu orang untuk total 15 program, dan tahun depan berencana membangun gedung Vokasi di atas lahan seluas 120 ribu meter di Depok. (DEWI RETNO)

Monday, May 25, 2009