Monday, December 13, 2010

BRAND’S Essence of Chicken


(Advertorial BRAND’S Essence of Chicken, dimuat di majalah Travelounge Edisi Desember 2010)


BRAND’S Essence of Chicken

Demi Kesehatan dan Konsentrasi Tinggi

Konsumsi suplemen kaya manfaat.


Desember tiba dan momen berlibur siap kita jelang. Jadwal cuti sudah disetujui, tiket pesawat terbang telah booking, tapi sebelum pergi harus menyelesaikan pekerjaan kantor.

Sudah bisa diduga kondisi yang harus dialami. Lembur dan bekerja ekstra keras sudah pasti membutuhkan konsentrasi tinggi. Setelah urusan kerja selesai malah penyakit datang gara-gara daya tahan tubuh ambruk.

Menghadapi kondisi seperti ini butuh asupan bergizi. Misalnya sari pati ayam BRAND’S Essence of Chicken yang telah terbukti melalui penelitian ilmiah mengandung banyak manfaat dibidang kesehatan.

Jika sari pati ayam dikonsumsi secara rutin tiap hari akan bermanfaat menjaga kesehatan tubuh dan meningkatkan daya pikir.

BRAND’S Essence of Chicken yang telah ada lebih dari 175 tahun, hingga  kini telah menghasilkan 27 riset yang dipublikasikan di jurnal ilmiah.

Pengujian terhadap kemampuan membantu daya ingat telah terbukti melalui penelitian terhadap 20 orang mahasiswa universitas. Mereka dibagi kedalam dua kelompok. Kelompok pertama mengonsumsi BRAND’S Essence of Chicken 70 gram dan kelompok lainnya mengonsumsi Placebo 2x sehari selama seminggu.

Kemudian pada hari ke-7 responden mengikuti tes daya pikir dan mood psikologi, ternyata kelompok pertama mempunyai tingkat kesalahan lebih rendah dalam tes Aritmatika dan tes daya ingat.

“Kelompok pengonsumsi BRAND’S Essence of Chicken punya daya pikir yang lebih responsif atau lebih cepat, dan terjadi peningkatan daya ingat dalam jangka pendek,” kata Hajime Nagai dalam Applied Human Science-Journal of Physiological Anthropology tentang fungsi ekstrak kaldu ayam terhadap pemulihan badan letih, kelelahan dan beban kerja yang diterbitkan pada 1996.

BRAND’S Essence of Chicken terbuat dari sari pati ayam yang 100 persen alami, tidak mengandung lemak, kolesterol, pengawet, kafein, dan MSG. Juga tanpa perasa, tidak menggunakan bahan pewarna dan bahan kimia lainnya.

Suplemen ini diolah dari ayam segar dan sehat berasal dari supplier terpilih dan dikemas dalam botol kaca yang tersimpan dalam keadaan vakum. Ini menjamin ketahanan produk selama 3 tahun.

Konsumsi satu botol perhari secara rutin agar mendapat manfaat kesehatan dan meningkatkan daya pikir.  Produk tersedia dalam 2 pilihan, 42 gram dan 70 gram. Nah, tak bakal mengalami libur hancur gara-gara daya tahan ambruk. (INFORIAL)

Tuesday, October 12, 2010

Mahir Komputer dari Bangku Formal

(Tulisan Pengantar untuk Suplemen Pendidikan Majalah Tempo, 25 Januari 2010)

Komputer sebagai sistem pengolah informasi telah mengubah wajah dunia dengan kehadiran teknologi informasi dan komunikasi (ICT) yang menyentuh segala bidang.

Kemajuan ini membawa dampak komputer masuk ke dalam bidang keilmuan di dunia pendidikan. Selain itu muncul pula kebutuhan sumber daya manusia yang menguasai teknologi informasi dan komunikasi.

Sejumlah perguruan tinggi menghadirkan program studi Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi, atau Teknik Informatika.

Pilihan jenjang pendidikan juga beragam. Pendidikan vokasi atau diploma seperti Akademi Manajemen Informatika & Komputer (AMIK) Bina Sarana Informatika (BSI), program diploma Manajemen Informatika dan Teknik Komputer Universitas Gunadarma.

Kedua universitas ini juga punya pendidikan strata sarjana (S1) dan magister (S2) di bidang sistem informasi.

Akademisi sekaligus penggiat open source Dr. I Made Wiryana menjelaskan program diploma bisa menjawab kebutuhan dunia bisnis akan sumber daya manusia siap bekerja dan memiliki keterampilan. “Sedangkan yang kita harapkan dari seorang sarjana adalah mereka memiliki kemampuan analisis yang kuat,” kata Made Wiryana yang menjabat sebagai Koordinator Kerjasama Internasional Universitas Gunadarma.

Hal yang harus ditekankan adalah selama masa pendidikan mereka dibekali oleh ilmu-ilmu dasar yang kuat dan untuk menjawab kebutuhan siap pakai misalnya dengan menyediakan berbagai macam pelatihan bersertifikat.

Selain itu teknologi informasi bisa menjawab masalah lokal di Indonesia karena teknologi informasi bisa diaplikasikan di berbagai bidang studi.

Oleh karenanya muncul program studi lintas bidang seperti Akuntansi & Sistem Informasi; Matematika & Teknik Informatika; atau Statistika & Teknik Informatika.

Dan seiring dengan kemajuan ICT timbul pula ekonomi kreatif. Komputer bukan hanya untuk aplikasi teknik melainkan untuk menciptakan ilustrasi grafis, desain website, atau membangun brand produk atau institusi melalui komunikasi pemasaran atau marketing communication.

Sehingga muncul pula cabang keilmuan yang mengangkat sisi kreatifitas manusia, yaitu Desain Komunikasi Visual (DKV). Meski belum ada data valid tentang pertumbuhan peminat studi DKV secara umum di Indonesia, tapi ambil contoh jurusan DKV BINUS University yang setiap tahun ajaran baru menarik peminat sebanyak 1.500 orang.

“Padahal kapasitas siswa yang bisa kami terima sebanyak 495 orang melalui 9 kelas,” kata Fransiskus A. S. Arif, Marketing Manager BINUS University.

Apapun pilihan studi untuk bidang teknologi informasi, kembali ke mahasiswanya untuk aktif mencari keterampilan, melatih kemampuan komunikasi, dan kemandirian. (DEWI RETNO) 

Friday, September 24, 2010

Asah Pribadi Melalui Wawasan Kebangsaan

(Diterbitkan di Koran Tempo, Jumat 24 September 2010 – Advertorial; Klien : Universitas Krida Wacana (Ukrida) Jakarta)


Seminar mahasiswa yang menghadirkan pembicara dari para pakar, guna membangun proses diskusi, pola pikir dan kepribadian.


Rabu 22 September lalu, Aula Pertemuan Kampus II Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida) dipadati mahasiswa. Mereka tidak hanya mengikuti seminar bertema “Wawasan Kebangsaan” karena mata kuliah wajib bagi mahasiswa baru.

Kehadiran Prof. Dr. Franz Magnis-Suseno bagai magnit pemberi semangat mahasiswa untuk bertanya dan melontarkan pernyataan. Dalam sesi selama 1 jam lebih, tokoh Katolik dan budayawan Indonesia menyampaikan kuliah dalam tema “Nasionalisme Indonesia Masa Depan”.

Rasa nasionalisme dan kebangsaan Indonesia bukan terdapat dalam kesamaan budaya, agama atau letak geografis. Melainkan tekad bersama untuk membangun Indonesia dengan membangun kebangsaan (nation building).

Kita bisa lihat contoh bentuk rasa nasionalisme muncul ketika terjadi perseteruan batas antara Indonesia dan Malaysia belum lama ini.

Padahal tantangan persatuan bangsa saat ini berupa intoleransi dan kepicikan yang makin meluas, kemiskinan dan korupsi. Romo Magnis menyebutkan di era demokrasi yang muncul pasca reformasi 12 tahun lalu justru muncul kecurigaan antar umat beragama, intoleransi terhadap minoritas dan kebrutalan terhadap umat beragama.

“Kemudian ancaman terbesar dihadapi negara kita adalah korupsi. Ini membahayakan substansi moral, sosial dan kompetensi kita miliki. Orang menjadi tidak jujur dan tidak bertanggungjawab. Ia tidak mempedulikan kualitas output akan tetapi hanya mengejar keuntungan pribadi,” kata Romo Magnis dalam presentasinya.

Dalam jangka panjang ketidakpuasan terhadap korupsi bisa membuka kesempatan masuknya tawaran ajaran Indonesia baru yang justru tidak terbuka dan tidak demokratis. Sehingga Romo Magnis menegaskan bangsa yang tidak jujur tidak bisa maju.

Direktur Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara di depan para anak kuliah yang notabene generasi masa depan, menyatakan pola hidup konsumerisme, hedonisme, golput dan fanatik bisa menjadi ancaman yang menyeret generasi muda ke dalam korupsi, intoleransi dan kemiskinan.  

“Menjadi fanatik akan membawa sikap diri mutlak benar. Akibatnya kita menjadi bangsa yang hanya mau mengajar tanpa mau belajar,” ujarnya.

Romo Magnis pada bagian penutup berpesan agar anak muda membangun solidaritas, membela pluralisme, mensukseskan demokrasi dan berantas korupsi.

Wawasan kebangsaan merupakan salah satu cara membangun cinta tanah air yang memiliki definisi sebagai cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya yang didasari oleh falsafah, cita-cita, dan tujuan nasional. Di perguruan tinggi pemahaman ini diberikan melalui mata kuliah Kewiraan yang menjadi salah satu mata kuliah dasar di perguruan tinggi.

“Kami memang mengubah rangkaian sistem pembelajaran Mata Kuliah Dasar Umum yang sekarang disebut sebagai Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian, supaya tidak hanya teori, tapi lebih hidup, lebih inspiratif, dengan cara mahasiswa langsung mendengar dari pakarnya,”  jelas Wakil Rektor III Ukrida, Evans Garey, SPsi., M.Si., tentang acara seminar.

Misalnya setelah mendengarkan presentasi dari Romo Magnis tentang kebangsaan di dalam seminar, mahasiswa bisa membahas topik ini dalam bentuk diskusi di kelas. “Mata kuliah ini menjadi lebih mengena kedalam diri mahasiswa, sehingga mendukung dalam proses pembentukan kepribadian mereka,” katanya.

Cara ini mulai diterapkan Ukrida mulai tahun ajaran ini (2010/2011) kepada mahasiswa baru yang terdiri dari fakultas Kedokteran, Ekonomi, Teknik, Teknologi Informasi dan Psikologi. (Inforial)

Sunday, August 22, 2010

Kiat-Kiat Menulis


Ada dua pendekatan dalam menulis. Pertama, seperti yang biasa diajarkan di sekolah yaitu menyiapkan dahulu kerangka tulisan sebelum menulis. Sedangkan pendekatan kedua adalah menulis saja tanpa kerangka.


Pendekatan kedua ini kita terapkan karena kita sering mengalami kesulitan untuk mengembangkan sebuah kerangka tulisan sebelum kita menulis. Bisa jadi karena kekurangan ide, atau buntu pikiran. Nah, lebih baik coba cara menuliskan apa saja yang terlintas di benak kita –tanpa mengedit- tanpa mempedulikan apakah itu konsisten atau tidak. Intinya : Tulis Saja!

Tulisan yang kita buat sebelumnya itu tentu masih kacau. Tulisan kacau itu hanya bersifat brainstorming. Dari tulisan itu kita tarik ide-ide menarik dan dihasilkan tulisan yang tentu lebih baik dibandingkan dengan yang pertama. Tulisan ini sudah lebih teratur dan jadi.

Tahapan menulis yang pertama hingga selesai, kemudian kita baca ulang disebut : Proses Penggodokan. Tulisan pertama digodok menjadi tulisan kedua, dan seterusnya sampai mencapai draft final.

Hindari untuk mengedit terlalu awal. Curahkan semua isi pikiran ke dalam tulisan. Mengedit hanya dilakukan pada hasil akhir. Mengedit terlalu awal membuat pikiran tidak dapat keluar dengan lancar karena sudah mengalami sensor internal.

Untuk menggodok tulisan menjadi lebih baik ada satu syarat yang harus diperhatikan. Tulisan yang baik bisa terjadi jika merupakan konflik/konfrontrasi/beberapa pikiran yang berlawanan. Dalam dunia jurnalistik atau membuat berita dikenal istilah cover both side atau berita berimbang dengan mengonfirmasi subyek berita dari berbagai stakeholders yang terpengaruh.

Konfrontasi ini bisa diperoleh dengan berkomunikasi dengan orang lain, membaca tulisan orang lain, atau melakukan konfrontasi sendiri dengan melihat masalah itu dari beberapa sudut pandang berbeda.



Membaca Adalah Satu Kesatuan

Membaca menjadi satu kesatuan agar bisa menulis. Penulis Ayu Utami dalam suatu diskusi penulisan berkata, “Jika kamu (mau) menulis, bacalah 7 kali buku lebih banyak.”

Hal ini bisa kita asumsikan bahwa untuk menulis satu buku = 7 referensi buku.  Atau, asumsi lain adalah kita rajin membaca buku hingga tujuh, 21, 42, 49, 77,…..dst sebelum kita berada pada tahap berani menulis atau mengungkapkan ide atau buah pikiran ke dalam bentuk tertulis.

Membaca berguna untuk menyerap pikiran seseorang, mempelajari gaya bahasa tulisan dan tata bahasa, mencari ide, dan masih banyak kegiatan positif lainnya. 

Khususnya untuk buku fiksi, kita bisa menerapkan teknik membaca cepat (speed reading), dimana kita hanya perlu tahu framework (kerangka tulisan). Lalu utamakan membaca buku secara mendetil pada bagian sesuai yang menjadi perhatian kita, dan terakhir latihan membuat kesimpulan dari buku itu untuk menyaring argumen-argumen yang ada di buku.

Salah satu cara lancar menulis adalah memang : latihan..latihan…latihan… Setiap hari memang luangkan waktu untuk menulis. Misalkan dosen Filsafat FIB Universitas Indonesia sekaligus penulis, Donny Gahral Ardian, menyarankan agar meluangkan waktu 5 menit/hari untuk menulis.

Cara latihan yang lain adalah membuat tulisan dalam 3000 kata/hari. Saya asumsikan 3000 kata/hari adalah membuat tulisan dalam 18.892 karakter tanpa spasi dalam satu hari. Wah, bagi saya yang berprofesi sebagai Penulis Iklan ini berarti membuat tulisan untuk sebanyak lebih kurang 6 halaman majalah! Silahkan pilih mana yang lebih praktis Anda ikuti……..

Sedangkan penulis buku Fira Basuki mengatakan kiatnya dalam menulis kreatif, “Kita bisa memasukkan realitas dan khayalan (dalam menulis fiksi). Jangan stress dengan detil atau kebenaran obyek seperti menyebutkan nama toko sesuai kenyataan,” katanya. (Dewi Retno Siregar)

(Gambar dikutip dari : www.emich.edu)

Thursday, July 29, 2010

Media, Seminar, Informasi

Tulisan ini berdasarkan pengalaman yang saya alami pada Sabtu 24 Juli lalu, di sebuah seminar. Mungkin masih ada penyelenggara/panitia seminar yang bingung menghadapi kedatangan seorang penulis dari media.

Seorang jurnalis/penulis biasanya menjadikan seminar sebagai suatu ajang berkenalan atau kesempatan bertemu dengan narasumber, memperoleh informasi terkini, dan menambah wawasan di suatu bidang.

Sehingga ketika kami pertama kali membaca suatu acara seminar yang biasanya dipublikasikan di media massa atau elektronik, atau memang ada undangan dikirim ke redaksi, maka di otak kami akan segera melihat judul seminar, apa materi presentasi dan siapa tokoh yang berbicara, lalu kira-kira apakah topik sesuai dengan bidang liputan yang digarap. Tentu saja lokasi dan waktu acara menjadi pertimbangan.

Seperti Sabtu kemarin saya datang ke acara seminar yang diselenggarakan di suatu perguruan tinggi yang berlokasi di Depok. Seminar ini menyajikan tema peran profesi X di era pasar bebas AFTA. Suatu topik yang rasanya cukup menarik karena saya kebetulan akan membuat artikel tentang profesi dan kebutuhan sumber daya manusianya.

Sebenarnya bagai orang mau kulo nuwon ke hajatan seseorang, sehari sebelumnya saya mengirimkan surat elektronik berisi keinginan untuk datang dan konfirmasi ke alamat e-mail panitia yang tertera di iklan seminar tersebut. Iklan itu terdapat di dalam website perguruan tinggi terkait. (Tapi ternyata memang baru sampai di hari Minggu …thanks to office network*lemot’mode’on*).

Kemudian di hari-H saya pun datang ke tempat acara seminar sekitar pukul 09.00 wib. Di depan pintu saya disambut oleh panitia dan saya pun memperkenalkan diri dari institusi media dan menyampaikan maksud ingin mengikuti seminar tersebut.

“Tapi berarti mbak kan mau meliput?” kata panitia perempuan yang mengajak saya bicara.

Di otak saya segera melintas definisi “meliput” berarti saya akan mengulas acara seminar ini.

“Iya saya masih mencari informasi, mbak,” balas saya kepada panitia berjilbab berperawakan padat tersebut. Ini jawaban standar pula karena kami para jurnalis biasanya malas menerima pertanyaan beberapa hari atau minggu kemudian dari penyelenggara acara, apakah liputan sudah naik cetak atau belum. Ini secara tidak langsung membebani perasaan seolah suatu acara yang didatangi sudah pasti layak muat.

“Tapi mbak, kami sudah punya media partner,” balasnya.

Lha…!

Memang suatu seminar membutuhkan dana dan publikasi. Makanya panitia menggandeng sponsor acara untuk memberikan dana berupa uang tunai maupun non tunai, termasuk punya media rekan kerjasama sebagai tempat mempublikasikan acara guna menggaet peserta seminar. Media partner ini biasanya juga akan memuat liputan dari penyelenggaraan acara. Tapi bukan berarti seminar itu menjadi privilege media partner sehingga wartawan media lain tidak boleh datang dan meliput selama kegiatan berlangsung.

Akan tetapi, saya rasanya lebih terbiasa jika panitia minta kartu nama atau silahkan juga jika ingin melihat ID-card (meskipun yang ada cuma ID-card untuk absensi kantor). Seandainya saya menjadi panitia acara, ini adalah cara sopan atau tersamar untuk mengetahui apakah orang di depan saya adalah jurnalis benar atau gadungan.

Atau mendengar pertanyaan penyelenggara acara, “Oh, Mbak/Mas dari media ini ….. Kenal sama mbak Y? (atau mas X masih disana?)”

Nah, biasanya jurnalis yang ditanya akan menjawab misalkan bahwa nama tersebut sudah pindah ke desk liputan lain atau mengakui dirinya anak bawang sementara nama yang disebutkan panitia adalah senior.

Tapi memang saya dipersilahkan untuk mengikuti kegiatan seminar. Lalu saya pun duduk di kursi baris belakang. Ahya, kursi baris belakang favorit para wartawan karena dekat dengan pintu keluar. Ketika kami merasa bahan tulisan sudah cukup maka kami bisa berlalu pulang dengan mudah tanpa mendapat pandangan mata dari peserta lain. Alasan lain duduk di baris tepi supaya gampang mencegat pembicara keluar ruangan.

Saat itu presentasi sedang berlangsung…dan voila, kuping saya mendengar penyaji materi mengucapkan kalimat, “Kompetensi yang dibutuhkan seorang (profesi) di saat ini ….” wauw pas dengan hal yang saya butuhkan. Saya pun segera sibuk mencatat, tapi tiba-tiba seseorang menyapa saya, “Maaf kursi paling belakang ini untuk panitia,” seorang perempuan panitia berambut lurus sebahu berperawakan ramping berkata demikian. Suaranya sopan dan ramah, tapi tetap saya setengah tidak percaya dengan perkataan wanita tersebut. Muka bengong saya membuat dia kembali mengeluarkan kata-kata yang kurang lebih sama.

“Tapi gapapa kan saya disini dulu? Oh ya kalau memang saya diusir suruh pindah juga bilang saja,” kata saya seraya melihat sisi kiri kanan bangku sederetan yang masih kosong melompong. (memancing bad mood di pagi hari ….)

Akhirnya perempuan itu mengiyakan dan berlalu. Selama mengikuti presentasi saya menyapu pandangan, dan melihat pria maupun perempuan berdiri di pinggir ruangan dalam jumlah cukup banyak dan tersebar. Di belakang saya pun ada yang berdiri dan duduk berbaur bersama meja penjualan produk sponsor. Mereka berpakaian seragam dalam atasan batik berwarna kelam, seperti baju yang dikenakan oleh dua wanita yang tadi berbicara dengan saya. Berarti mereka adalah panitia.

Saya jadi berpikir, panitia seperti apa yang tidak mengharapkan peserta seminar datang membludak dan berharap bisa duduk di kursi?

Lama-lama saya tidak merasa nyaman. Mungkin memang saya tidak diterima sejak awal? Tidak ada inisiatif panitia untuk memberikan saya materi presentasi. Saya pun sudah enggan bertanya dan lebih baik meminjam materi presentasi dari rekan sebelah saya. Seorang jurnalis pantang pulang tanpa bawa hasil, menjadi pikiran saya saat itu mengingat perjuangan datang dan rencana awal datang ke seminar.

Setelah puas membaca cepat materi presentasi para pembicara yang dikemas dalam satu buku seukuran buku tulis, mencatat poin-poin penting dan memotret materi dengan kamera BlackBerry, saya pun berlalu pergi.

Tulisan ini saya buat bukan ingin jurnalis disanjung ketika datang ke suatu acara. Ini bukan pikiran bijaksana di era media sudah membludak jumlahnya dan di sisi lain masyarakat bisa menyerap informasi dari media mainstream, microbloging dan web forum.

Akan tetapi semoga tulisan ini bisa menjadi cerita kecil yang cukup berguna jika lain kali datang ke peliputan acara atau suatu waktu saya atau Anda menjadi panitia kegiatan seminar.

Saya jadi berpikir apakah panitia seminar lebih mengharapkan kehadiran peserta yang membayar daripada seorang jurnalis yang ingin cari informasi gratis? Saya memang terlambat berpikir tentang hal ini, tapi jika dari awal panitia mengatakan harus membayar untuk masuk, tentu akan ada pertimbangan untuk merogoh kocek dengan asumsi perusahaan media tempat saya bekerja akan mengganti biaya tersebut demi kepentingan bahan penulisan.


*Terima kasih kepada panitia yang telah memberikan minuman air kelapa F***** yang mengguyur haus tenggorokan, tapi sekaligus menyesal telah mengunyah pizza P*** *** yang dibagikan. Dalam perjalanan pulang saya merasa telah menjadi seorang tamu tak diundang mencari makan siang gratis. 


Profesi di Era Informasi

(Diterbitkan di : Koran Tempo, Sabtu 17 Juli 2010 - Suplemen Pendidikan - Suplemen Khusus Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri Tahun 2010; klien : Swiss German University (SGU) )


Belajar di fakultas Teknologi Informasi membuka peluang menjadi profesional, peneliti atau wirausaha. Lalu perdalam ilmu melalui seminar, pelatihan atau pascasarjana.


Tahun lalu Indonesia berada di posisi kelima terbesar pengguna internet di Asia. Menurut data Internet World Stats (2009) Indonesia mempunyai 30 juta pengguna internet, dan berada di bawah Cina, Jepang, India, dan Korsel.

Angka ini meningkat 12,5 persen dibandingkan tahun 2000, sekaligus menunjukkan tingkat penetrasi dan pengguna internet di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Namun peningkatan pengguna ini juga membawa konsekuensi keamanan.

Semakin sering mengakses jaringan internet maka memperbesar resiko terpapar bahaya serangan malicious software atau malware. Malware atau perangkat perusak, adalah perangkat lunak yang diciptakan untuk menyusup atau merusak sistem atau jaringan komputer tanpa izin pemilik. Virus komputer salah satu contoh malware.

Kedepan semakin perlu kepedulian terhadap keamanan jaringan. Paparan virus merusak data pada dokumen perusahaan, membuat pengguna komputer merasa terganggu, atau tidak menimbulkan efek akan tetapi berpotensi menyebar ke komputer lain.

Aktivitas menganalisis, mengetahui kelemahan sekaligus mencari cara mengamankan akses data membuka peluang profesi di bidang keamanan jaringan. Swiss German University (SGU) bakal menggelar workshop bertujuan membangun kepedulian sekaligus sosialisasi pentingnya riset di bidang malware.

Kegiatan bertajuk “Academy CERT Meeting” pada 17 Juli ini diselenggarakan bersama JPCERT CC (Japan Computer Emergency Response Team Coordination Center), Id-SIRTII (Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure), dan EC-Council (International Council of E-Commerce Consultants).

“Universitas bisa menjadi lembaga riset dengan mengedepankan independensi penelitian, sekaligus menjawab ketergantungan terhadap antivirus luar negeri karena sejauh ini antivirus buatan lokal masih minim,” kata Head of Information System Services Department SGU, Charles Lim di Serpong awal pekan lalu.

Empat hari kemudian juga akan melangsungkan SGU MIT Seminar in IT Governance and Information Security Governance. “Seminar itu membuka wawasan praktisi atau peminat bahwa perlu ada sebuah tata kelola yang menjembatani antara dunia bisnis dengan teknologi informasi, dimana ada resiko-resiko yang timbul akibat implementasi teknologi informasi di perusahaan,” kata Heru P. Ipung, MIT Coordinator dan FIT Lecturer SGU pada kesempatan sama.

Keahlian khusus tentu dilandasi oleh pengetahuan dasar yang kuat. Perguruan tinggi dan dosen bertanggungjawab mengarahkan dan memberi landasan yang baik untuk mahasiswa berkembang sesuai minat karir.

Coordinator of IT Department Faculty of Information Technology SGU, James Purnama mengatakan mahasiswa Teknologi Informasi berpeluang untuk menjadi peneliti, profesional perusahaan atau wirausaha.

”Program studi IT di kampus kami mempelajari tentang jaringan (network) dan software engineering. Lalu konsentrasi kami pada perangkat lunak berbasis open source, dan kompetensi ke arah aplikasi bergerak seperti BlackBerry, iPhone atau sistem aplikasi berbasis android,” kata James seraya menambahkan ini sejalan dengan masa depan TI yang mengarah pada embedded system.

SGU memiliki dua program studi undergraduate atau setara sarjana S-1 di bidang Information Technology (IT)  masing-masing Information and Communication Technology (ICT) dan Information Systems (IS). Sedangkan untuk program pascasarjana ada dua pilihan konsentrasi, yaitu IT Security and Hacking Forensics dan IT Governance and Enterprise Architecture. Program sarjana maupun pascasarjana bekerjasama dengan asosiasi IT Profesional di bidangnya, yaitu EC-Council dan IASA. (DEWI RETNO)

Saturday, May 29, 2010

Kolaborasi Cantik Menembus Dunia

(Advertorial Carrefour Indonesia - Travelounge No.5 edisi April 2010)

Peritel Internasional Citarasa Indonesia

(Advertorial Carrefour Indonesia - Travelounge No. 4 edisi Maret 2010)



Pasar modern (hipermarket) menyediakan berbagai pilihan barang sekaligus memahami kebutuhan setempat.




Belanja bukan lagi sekadar kegiatan membeli barang kebutuhan. Ada yang menambahkannya sebagai pelepas penat, atau acara bersama keluarga.
Sehingga belakangan ini hipermarket atau pasar modern menjadi pilihan tempat belanja –khususnya- di kota-kota besar. Tempat belanja yang nyaman, tertata rapi dalam rak-rak teratur, keamanan, dan harga tak perlu ditawar-tawar tapi cukup bersaing, adalah alasan melirik hipermarket.

Selain itu hipermarket buka setiap hari, termasuk di hari libur, dengan jam operasional antara 10.00-22.00 merupakan waktu yang sesuai bagi pekerja. Ini juga dirasakan cocok bagi para ibu rumah tangga yang baru bisa beraktivitas setelah mengurus anak berangkat atau pulang sekolah.

Kendati mayoritas konsumen hipermarket hanya berbelanja untuk kebutuhan bulanan, sering digunakan untuk tempat rekreasi sekadar melepas penat.

Saat ini banyak hipermarket yang juga menyediakan barang-barang sekunder hasil produksi Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Carrefour adalah salah satunya. Penyediaan barang di Carrefour hampir selalu melibatkan sektor UKM. Salah satu contoh nyata adalah menghadirkan private label (label toko) untuk memberi pelanggan banyak pilihan produk, dan produsen label toko umumnya adalah sektor UKM.

Belum lama ini, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu meminta pengusaha ritel modern membuka kesempatan bagi UKM. Alasannya, para pelaku bisnis ritel sangat berpengaruh dalam menggalakkan penggunaan produk lokal. Permintaan Ibu Menteri ini disambut positif para pertitel modern. Bahkan Carrefour menyerap produk lokal hingga mencapai 90 persen dimana 70 persennya berasal dari UKM.

Makanan tradisional dan kerajinan lokal sudah menjadi pemandangan mudah ditemui di gerai-gerai pasar modern.

UNESCO pada Oktober tahun lalu telah mengukuhkan batik Indonesia sebagai Warisan Budaya Dunia (World Heritage). Hal ini ditanggapi positif Carrefour yang secara khusus menyediakan gerai busana batik di konter tekstil sehingga konsumen bisa mendapatkan busana batik cantik dengan harga terjangkau.

Carrefour juga menerjemahkan kukuhan UNESCO dengan mempersilahkan associate Carrefour menggunakan batik di hari Jumat. Keren, rapi, dan sekaligus melestarikan budaya negeri sendiri.

Anda dapat mencari kue-kue jajanan pasar produksi UKM seperti kue serabi, putu mayang, pastel isi, siomay, hingga pempek palembang di gerai pasar modern ini.

Saat ini Carrefour Indonesia mengoperasikan 79 gerai yang tersebar di berbagai kota. Seperti di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Malang, Medan, Palembang, Batam, Surabaya, Denpasar, dan Makassar. (***)

Semua Ada di Hipermarket

(Rubrik Shopping - Travelounge No. 4 Maret 2010)


Kehadiran pasar modern seperti Carrefour, Giant dan Hypermart menjanjikan belanja praktis di satu tempat.


Bagi bocah belia di era sebelum 90-an, apa kenangan dalam benak Anda tentang pasar? Acara menemani ibu berbelanja yang semula riang gembira berubah sengsara gara-gara kondisi pasar yang becek, pengap, bau, ditambah tukang ikan hanya sejengkal jarak dengan toko kelontong.

Kue serabi atau talam ubi sebagai hadiah menemani ibu jadi tak terasa nikmatnya.

Tapi kini lupakan ingatan Anda tentang pasar tempat berpeluh keringat akibat ruangan miskin ventilasi udara.

Beberapa tahun belakangan hipermarket mengubah cara belanja masyarakat Indonesia. Jenis peritel yang diambil dari asal kata hypermarket, yang diartikan ke dalam bahasa Indonesia sebagai pasar modern ini menawarkan berbelanja dalam suasana nyaman, praktis, sekaligus lengkap.

Hipermarket muncul di kota-kota besar dalam kurun 10 tahun belakangan ini.

Umumnya pasar modern menjadi anchor tenant atau penyewa ruang di pusat-pusat perbelanjaan strategis. Dengan demikian, pengunjung bisa menikmati fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh pengelola pusat perbelanjaan.

Ambil contoh keberadaan Carrefour di Blok M Square. Blok M Square dahulunya adalah pasar Melawai Blok M dan Aldiron Plaza yang dikembangkan menjadi suatu trade mall di daerah Jakarta Selatan. Carrefour menempati lantai 2 dan 3.

Bagi pembelanja yang enggan menitipkan tas berisi laptop bisa minta pada petugas di depan pintu masuk untuk mengaitkan semacam lock tag ke retsleting tas. Sehingga selama berbelanja, tas Anda dalam kondisi terkunci yang nantinya baru bisa dibuka oleh pelayan kasir.

Tentu ini demi keamanan bagi si pihak toko, sekaligus demi kenyamanan konsumen agar terhindar dari tangan jahil saat si empunya tas tengah asyik memilih barang.

Ruang belanja yang luas berpengaruh pada penyediaan barang yang serba ada. Tinggal bawa daftar belanja, lalu pilih produk sesuai selera. Tentukan berdasarkan merek, ukuran kebutuhan, serta harga.

Seperti penulis lepas Merry Magdalena yang berdomisili di Depok. Ibu satu putri ini merasa dipermudah dalam berbelanja kebutuhan rumah tangga dengan kehadiran dua mal besar di sekitar rumahnya, yakni Depok Town Square dan Margo City.

Depok Town Square atau disingkat Detos mempunyai gerai Hypermart, sementara di Margo City memiliki Giant sebagai anchor tenant.

"Saya lebih sering ke Giant karena lokasi lebih dekat, tak perlu menyeberang, sehingga praktis. Termasuk beli makanan dan cemilan untuk putri saya," kata Merry.

Untuk urusan makanan, Carrefour, Giant dan Hypermart punya banyak ruang bagi konter makanan. Mau beli jajanan pasar, bakery & pastry, makanan khas pempek palembang yang bakal digoreng ketika Anda pesan, atau mengudap soto mie hangat-hangat langsung di tempat. Karena mereka pun memiliki semacam kafetaria di dalam areal belanja.

Selain ragam barang, kelebihan yang disediakan oleh pasar modern adalah penataan gerai yang rapi, sistematis dan terpisah. Bagi pembelanja yang pergi bersama keluarga, hipermarket memudahkan Anda dengan menyediakan children cart, troli belanja berbentuk mobil-mobilan agar si kecil tenang selama Anda memilih barang.

Praktis berbelanja dalam satu tempat. Ini yang ditawarkan karena hipermarket.

Sudah pasti gunakan daftar belanja jika ingin berbelanja di sana. Ini bertujuan agar Anda tetap fokus dengan kebutuhan dan bukan keinginan. Namun karena ini pasar modern dimana beragam barang tersedia, bisa jadi Anda memang menemukan benda yang selama ini dicari.

Jika membawa anak, sebaiknya membawa asisten atau anggota keluarga yang lebih tua. Sehingga bisa membantu mengawasi si kecil.

Sudah pasti tempat berbelanja bakal penuh pengunjung di akhir pekan dan hari libur. Siasati dengan datang awal, biasanya hipermarket buka pada pukul 10.00. Kalau Anda datang pada saat toko baru buka, selain suasana masih relatif sepi dan lebih leluasa belanja.

Perhatikan pula brosur yang dicetak oleh peritel yang isinya penawaran harga khusus. Brosur ini biasanya disediakan di depan pintu masuk, berisi penawaran harga diskon untuk produk-produk tertentu atau dalam penawaran beli 2 gratis 1.

Tentu saja, kenakan busana dan alas kaki senyaman mungkin. Selamat berbelanja!

(**)