Pemerintah
Kabupaten Enrekang
Potensi
Daerah Seharum Kopi Arabika
Berkonsentrasi
pada pertanian non-kelautan dengan pembangunan daerah berkonsep agropolitan.
(diterbitkan di : Koran Tempo, Indonesia Kini, Rabu 6 Juni 2012)
Bagi pecandu kopi, mungkin pernah mendengar nama kopi Kalosi? Kenikmatan
citarasa kopi ini telah terkenal seantero dunia dan telah dipatenkan oleh pengusaha
Amerika Serikat. Namun mungkin tidak
banyak yang tahu kalau kopi yang berasal dari tumbuhan bernama latin Arabica typica ini hanya tumbuh di tiga
negara, salah satunya di Indonesia tepatnya di wilayah kabupaten Enrekang,
Sulawesi Selatan.
Oleh karenanya pemerintah kabupaten (pemkab) Enrekang kini
mematenkan jenis kopi ini dengan nama Bungin Kopi. Sertifikat ini telah
diterbitkan oleh Departemen Perindustrian RI pada Februari 2010. Selain itu Pemkab juga telah mematenkan jenis
kopi arabika lain, yaitu Duri Enrekang Kopi (Dekopi).
“Harapan kami dengan adanya
hak paten kopi berdasarkan indikasi geografis, supaya kopi arabika Enrekang
dipercaya dunia dari segi cita rasa,” kata Bupati Enrekang, La Tinro La Tunrung
di Jakarta beberapa waktu lalu. Tentu saja ini hal ini akan mendukung pemasaran
dan mengembalikan kejayaan kopi Enrekang
yang dulu telah dikenal memiliki cita rasa yang diakui dunia.
Keberhasilan dua kelompok tani dari kabupaten Enrekang sebagai juara
pertama dan kedua dalam Kontes Kopi Specialty Indonesia 2008 berlangsung di
Jember, Jawa Timur, membuktikan Bungin Kopi unggul dalam kompetisi yang
melombakan aroma dan citarasa berbagai komoditas kopi dari seluruh daerah penghasil
kopi di tanah air.
Prestasi inilah yang membuat Pemkab Enrekang diundang pemerintah
Jerman untuk mengikuti pameran kopi di Jerman, Mei 2010 lalu.
Kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan ini berkonsentrasi pada
pertanian non perikanan laut. Potensi pertanian padi dan
palawija menyebar merata disetiap kecamatan, dengan jenis tanaman seperti
jagung, ubi kayu, ubi jalar dan kacang tanah. Selain itu menjadi daerah penghasil
sayur-sayuran dan buah-buahan.
Ragam tanaman dihasilkan, mulai dari kentang,
kubis, sawi, tomat, bawang merah, daun bawang, cabai, buncis dan wortel. Ada
durian, pepaya, pisang, rambutan, nanas, markisa, alpukat dan mangga.
Tanaman perkebunan andalan yaitu kelapa, kapuk, kopi, cengkeh,
lada, kakao, kemiri dan jambu mete. Daerah penanaman kopi dan cengkeh banyak
dihasilkan di Baraka, Alla, dan Curio. Sementara lada di Baraka dan Malua. Kakao di Enrekang dan Kecamatan
Maiwa.
Menurut La Tinro La Tunrung, pemkab telah mengucurkan kredit tanpa
bunga kepada para petani untuk meningkatkan hasil pertanian di daerah ini.
Program ini telah mampu mendorong peningkatan kesejahteraan dan produktivitas
para petani.
Pada akhir 2007 pencanangan
sebagai daerah sentral komoditi kentang Sulawesi Selatan menjadi salah satu
agenda penting La Tinro La Tunrung. Bertempat di kecamatan Masalle, dilakukan
panen raya Kentang Kalosi yang dihadiri oleh Sesmenristek, LIPI, Universitas
Hasanuddin (Unhas), dan instansi terkait. Kentang kalosi ini sebenarnya sudah
hampir punah, sehingga pemkab Enrekang bekerjasama dengan tim Unhas melakukan
pemurnian dengan menggunakan sistem kultur jaringan.
“Tanaman yang menggunakan pupuk organik juga perlu terus
dibudidayakan karena sayur mayur menjadi komoditi tidak kalah penting bagi
kemakmuran rakyat,” ujarnya.
Pembangunan infrastruktur, seperti
jalan dan jembatan menjadi satu diantara sekian program utama pemerintah
Kabupaten Enrekang. Salah satu realisasi dari program ini adalah pembuatan
jalan beton yang menghubungkan sejumlah kecamatan. Pembangunan jalan ini
diharapkan mampu membuka akses bagi daerah-daerah yang terisolir, serta mampu
meningkatkan produktivitas ekonomi di kecamatan dan desa-desa.
Guna menjadi daerah agropolitan, pemkab Enrekang membangun Sub
Terminal Agro yang bertempat di Cece, Desa Sumillan, kecamatan Alla, yang
menjadi tempat lelang komoditi pertanian untuk pertama kalinya di Sulawesi Selatan. (Dewi Retno)
No comments:
Post a Comment