Pada suatu sesi kuliah Komunikasi Organisasi, membahas tentang
Budaya dan Iklim Organisasi. Sampai pada sesi pertanyaan, apa tujuan Anda
(peserta kuliah) bekerja. Kemudian terlontar jawaban seperti : memperoleh gaji,
atau saya lebih melihat bekerja sebagai wujud eksistensi dan aktualisasi diri.
Silahkan jawab macam-macam, sesuai isi pikiran Anda…
Tapi yang mengena pada saya ketika Bapak Dosen mengatakan ada satu
kalimat bijaksana yang sesuai dengan tujuan kita bekerja di usia produktif:
BEKERJA ADALAH IBADAH.
Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) , “ibadah”
mengandung pengertian sebagai perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah
yang didasari ketaatan mengerjakan perintahNya dan menjauhi laranganNya.
Kuliah malam itu sangat cocok bagi orang-orang yang dalam kondisi demotivated dalam bekerja, atau memaknai
kembali mengapa dia rela setiap hari bangun pagi, mandi, sarapan, bergegas
menuju tempat beraktivitas. Kadang mengalami hari mendung dan di lain waktu
mentari bersinar cerah menemani diri.
Jika bekerja adalah ibadah, berarti kita mampu bersyukur atas
berkah Yang Kuasa dimana kita bisa memberikan kemampuan kita untuk kebaikan
diri sendiri, bersama dan organisasi tempat kita bernaung. Alhamdullilah juga
jika itu memberi berkah berkelanjutan bagi masyarakat, meskipun itu tidak
berimbas secara langsung.
Untuk semangat bekerja, kita membutuhkan Motivasi, dan hal ini
tercipta melalui dua cara:
1. Motivasi berasal dari dalam diri sendiri.
2. Motivasi diciptakan oleh orang lain. Karena
konteks pembicaraan malam itu tentang budaya organisasi (perusahaan swasta,
perusahaan negara, lembaga swadaya dsb), maka bisa jadi motivasi itu muncul
karena lingkungan yang mendukung. Misalkan ada hadiah bagi pekerja yang
berkinerja baik, penghargaan, atau pimpinan yang menciptakan iklim kondusif. Seorang
pimpinan menentukan iklim lingkungan yang dia pimpin. Sehingga akan tergantung
pimpinan yang berkuasas dan bagaimana anak buah merespon.
Sehingga dalam suatu konsep organisasi dikenal faktor “X
Efficiency” yaitu faktor X mengapa misalkan ada dua karyawan yang diterima
dalam waktu sama di suatu perusahaan, namun tidak memiliki kondisi termotivasi
yang sama.
Jadi, sudah bisa mendapat gambaran tentang bagaimana Anda
mewujudkan rasa bekerja sebagai ibadah?
Izinkan saya mengutip kembali sebuah penggalan puisi yang
diciptakan oleh Kahlil Gibran yang dulu sangat saya sukai untuk memotivasi saya
berkarya:
Kerja
adalah cinta yang mengejawantah, dan apabila engkau tiada sanggup bekerja
dengan cinta, maka akan lebih baik jika engkau meninggalkannya, dan mengambil
tempat di depan gapura candi dan meminta sedekah dari mereka yang bekerja
dengan suka cinta …
(Kahlil
Gibran – Sang Nabi)
Jika tertarik mengetahui lebih lanjut tentang Budaya dan Iklim
Organisasi dari sudut Ilmu Komunikasi, bisa membaca buku Organizational
Communication 6th Edition oleh Gerald M. Goldhaber (Penerbit:
McGrawHill) dan Komunikasi Organisasi – Strategi Meningkatkan Kinerja
Perusahaan oleh R. Wayne Pace & Don. F. Faules (edisi bahasa Indonesia,
dengan editor Deddy Mulyana, M.A., Ph.D., Penerbit PT Remaja Rosdakarya
Bandung) sebagai rujukan.
(Gambar dikutip dari: http://www.bee-communications.com)